Narasipublik - Integrasi ketahanan pangan dan pembangunan gizi diharapkan dapat meningkatkan kebutuhan gizi suatu bangsa dan individu.” terpenuhi. “Pangan dikatakan terpuaskan apabila tersedia cukup pangan, memenuhi kebutuhan gizi, adil dan terjangkau, serta sesuai dengan agama, kepercayaan, atau budaya,” demikian bunyi matkul “Ekonomi Lingkungan"
Berikut Analisa Pakar Agar Indonesia Swasembada Pangan Nasional
Food Estate adalah konsep pertanian skala besar seluas 25 hektar yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan, organisasi dan manajemen modern. Mengingat dampak yang ditimbulkannya, pemerintah perlu memastikan bahwa program food estate merupakan upaya untuk mencapai ketahanan pangan.
Meski begitu, Profesor Mulyani mengatakan program food estate tidak hanya berpotensi mencapai ketahanan pangan, tapi juga berpotensi merusak lahan di masa depan. Sebab, program ini memerlukan pembukaan hutan lindung dan lahan gambut dalam skala besar.
Kerusakan yang ditimbulkan berkaitan dengan fungsi lahan gambut sebagai pengatur air, penyerap karbon, dan penjaga keanekaragaman hayati. Hal ini berarti konversi lahan gambut bertentangan dengan komitmen pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41 persen pada tahun 2030 dengan dukungan internasional.
"Keberadaan kawasan pangan mempunyai dampak negatif yang serius, mengingat ekosistem baru menghancurkan ekosistem yang sudah ada."
Beikrut solusi permasalahan pangan :
Yang pertama adalah revitalisasi lahan terlantar. Lahan bera merupakan lahan yang memiliki potensi pertanian yang besar, namun dibiarkan begitu saja karena tidak ada upaya pemanfaatan lahan tersebut. Kedua, intensifikasi lahan pertanian melalui teknologi. Ketiga, terus memberikan subsidi tanaman pangan. Keempat, mendorong diversifikasi pangan. Kelima, penegakan hukum perlindungan hutan. Keenam, pengendalian jumlah penduduk sehingga kebutuhan pangan terkendali.
Komentar0